Pengertian
Secara etimologi kata Thoharoh (yang kita artikan sebagai “bersuci”.,
pen) memiliki arti Nazhofah (kebersihan).
Adapun secara terminologi maka kata Thoharoh
didefiniskan oleh para pakar fikih sebagai “ungkapan mengenai perbuatan
berupa mencuci anggota tubuh tertentu dengan suatu cara tertentu”.
Ada pula yang mendefinisikannya sebagai “hilangnya hadats
ataupun khobats (kotoran)” atau “terangkatnya hadats atau
hilangnya najis atau yang memiliki makna keduanya atau perbuatan yang
memiliki cara yang serupa dengannya”
Para Ulama mazhab Maliki berkata, “Thoharoh adalah
sifat yang berupa hukum dan membuat apa yang tersifati dengannya maka sholat
itu dapat dilakukan dengannya atau padanya atau olehnya.” Maksud “dengannya”
adalah seperti halnya pakaian, maksud “padanya” adalah tempat dikerjakannya
sholat, dan maksud dari “olehnya” adalah orang yang mengerjakan sholat
tersebut.
Macam Jenis Thoharoh
Thoharoh terbagi
menjadi dua:
- Thoharoh dari hadats, yang disebut sebagai thoharoh
hukmiyah.
- Thoharoh dari Najas (kotoran), yang disebut sebagai thoharoh haqiqiyah.
Pengertian hadats adalah
keadaan yang menggugurkan thoharoh secara hukum syar’i. Maksudnya adalah
jika hadats ini terjadi setelah adanya
thoharoh maka ia akan menggugurkan hukum thoharoh tersebut.
Dari macam hadats yang akan
disucikan darinya maka thoharoh dibagi pula menjadi dua:
- Thoharoh Akbar (besar).
- Thoharoh Ashgor (kecil).
Sedangkan Thoharoh Ashgor adalah thoharoh
dari kencing, tinja, kentut, madziy, wadiy, maniy yang keluar tanpa
adanya rasa nikmat, dan Hadiy (air yang keluar dari kemaluan wanita disaat
proses kelahiran).
Sedangkan yang dimaksud dengan Najas atau khobats
adalah ungkapan mengenai kotoran yang ada pada tubuh seseorang atau pakaiannya
atau tempat yang akan dilakukan sholat padanya.
Dalil Pensyariatan Thoharoh
Dalil mengenai disyariatkannya Thoharoh dari Hadats,
baik itu ashgor ataupun akbar, adalah firman Allah, subhanahu wa
ta’ala,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى
الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ
وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ وَإِنْ كُنْتُمْ
جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا ...
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan
sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu
junub maka bersucilah... [Al Maa-idah (5): 6]
dan sabda Rasulullah ﷺ
لا تقبل صلاة بغير طهور.
“Tidak
akan diterima sholat tanpa ber-thoharoh.” [diriwayatkan oleh Imam Muslim dari shahabat Ibn ‘Umar]
Dalil mengenai disyariatkannya jenis thoharoh yang
kedua, thoharoh dari kotoran dan najis, baik itu pada tubuh, pakaian,
ataupun tempat sholat adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala,
وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ
dan pakaianmu maka sucikanlah [Al Muddatstsir (74)
: 4]
وَإِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا
dan jika kamu junub maka bersucilah [Al Maa-idah (5): 6]
وَعَهِدْنَا إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ أَنْ
طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ
Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail:
"Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i´tikaf, yang
ruku´ dan yang sujud" [Al Baqarah (2): 125]
dan sabda
Nabi ﷺ
اغسلي عنكِ الدم وصلي
“Bersihkanlah darah (haidh) itu dari dirimu dan
sholatlah” [Muttafaqun ‘alaih, dari ummul
mukminin ‘A-isyah]
Pada akhirnya, yang perlu diketahui bahwa jenis
thoharoh yang telah disebutkan di atas seluruhnya adalah bagian dari syarat
sahnya sholat.