Thoharoh (Bersuci) - Pengertian, Macam, dan Dalil Pensyariatannya

Posted by A R Rowi on


Pengertian

Secara etimologi kata Thoharoh (yang kita artikan sebagai “bersuci”., pen) memiliki arti Nazhofah (kebersihan).

Adapun secara terminologi maka kata Thoharoh didefiniskan oleh para pakar fikih sebagai “ungkapan mengenai perbuatan berupa mencuci anggota tubuh tertentu dengan suatu cara tertentu”.

Ada pula yang mendefinisikannya sebagai “hilangnya hadats ataupun khobats (kotoran)” atau “terangkatnya hadats atau hilangnya najis atau yang memiliki makna keduanya atau perbuatan yang memiliki cara yang serupa dengannya”

Para Ulama mazhab Maliki berkata, “Thoharoh adalah sifat yang berupa hukum dan membuat apa yang tersifati dengannya maka sholat itu dapat dilakukan dengannya atau padanya atau olehnya.” Maksud “dengannya” adalah seperti halnya pakaian, maksud “padanya” adalah tempat dikerjakannya sholat, dan maksud dari “olehnya” adalah orang yang mengerjakan sholat tersebut.

Macam Jenis Thoharoh

Thoharoh terbagi menjadi dua:
  1.    Thoharoh dari hadats, yang disebut sebagai thoharoh hukmiyah.
  2.   Thoharoh dari Najas (kotoran), yang disebut sebagai thoharoh haqiqiyah.

Pengertian hadats adalah keadaan yang menggugurkan thoharoh secara hukum syar’i. Maksudnya adalah jika hadats  ini terjadi setelah adanya thoharoh maka ia akan menggugurkan hukum thoharoh tersebut.

Dari macam hadats yang akan disucikan darinya maka thoharoh dibagi pula menjadi dua:
  1. Thoharoh Akbar (besar).
  2. Thoharoh Ashgor (kecil).
Yang dimaksud denganThoharoh Akbar (besar) adalah thoharoh dari junub, haidh, nifas.
Sedangkan Thoharoh Ashgor adalah thoharoh dari kencing, tinja, kentut, madziy, wadiy, maniy yang keluar tanpa adanya rasa nikmat, dan Hadiy (air yang keluar dari kemaluan wanita disaat proses kelahiran).

Sedangkan yang dimaksud dengan Najas atau khobats adalah ungkapan mengenai kotoran yang ada pada tubuh seseorang atau pakaiannya atau tempat yang akan dilakukan sholat padanya.

Dalil Pensyariatan Thoharoh

Dalil mengenai disyariatkannya Thoharoh dari Hadats, baik itu ashgor ataupun akbar, adalah firman Allah, subhanahu wa ta’ala,

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ وَإِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا  ...
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka bersucilah... [Al Maa-idah (5): 6]

dan sabda Rasulullah
لا تقبل صلاة بغير طهور.

“Tidak akan diterima sholat tanpa ber-thoharoh.” [diriwayatkan oleh Imam Muslim dari shahabat Ibn ‘Umar]

Dalil mengenai disyariatkannya jenis thoharoh yang kedua, thoharoh dari kotoran dan najis, baik itu pada tubuh, pakaian, ataupun tempat sholat adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala,
وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ
dan pakaianmu maka sucikanlah  [Al Muddatstsir (74) : 4]

وَإِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا
dan jika kamu junub maka bersucilah [Al Maa-idah (5): 6]

وَعَهِدْنَا إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ أَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ
Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i´tikaf, yang ruku´ dan yang sujud" [Al Baqarah (2): 125]

dan sabda Nabi

اغسلي عنكِ الدم وصلي
“Bersihkanlah darah (haidh) itu dari dirimu dan sholatlah” [Muttafaqun ‘alaih, dari ummul mukminin ‘A-isyah]

Pada akhirnya, yang perlu diketahui bahwa jenis thoharoh yang telah disebutkan di atas seluruhnya adalah bagian dari syarat sahnya sholat.


Previous
« Prev Post